Analisa Vegetasi dan Fisiognomi.

0
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Analisa vegetasi merupakan salah satu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis vegetasi serta bentuk atau struktur vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk atau struktur vegetasi dari kelompok tumbuh-tumbuhan. Struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dengan adanya kegiatan analisa vegetasi dapat diketahui komposisi jenis dan struktur tegakan hutan alam.

1.2 Permasalahan
       Permasalahan yang akan di bahas pada praktikum analisa vegetasi dan fisiognomi adalah bagaimana cara untuk mendapatkan informasi kualitatif gambaran vegetasi berdasarkan struktur tumbuhan pada lokasi tertentu dan mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi tertentu.

1.3 Tujuan
      Praktikum analisa vegetasi dan fisiognomi bertujuan untuk mendapatkan informasi kualitatif gambaran vegetasi berdasarkan struktur tumbuhan pada lokasi tertentu dan mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi tertentu.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Vegetasi  yaitu  kumpulan  dari  beberapa  jenis  tumbuhan  yang  tumbuh bersama-sama  pada  satu  tempat  di  mana  antara  individu-individu  penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari  individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Bakri, 2009).
Analisis  komunitas  tumbuhan  merupakan  suatu  cara  mempelajari  susunan atau komposisi  jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies  tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena  itu,  tujuan  yang  ingin  dicapai  dalam  analisis  komunitas  adalah  untuk mengetahui  komposisi  spesies  dan  struktur  komunitas  pada  suatu  wilayah  yang dipelajari. Hasil  analisis  komunitas  tumbuhan  disajikan  secara  deskripsi  mengenai komposisi  spesies dan  struktur komunitasnya. Struktur  suatu komunitas  tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies,  tetapi  juga oleh  jumlah  individu dari setiap spesies  organisme .  Hal  yang  demikian  itu menyebabkan  kelimpahan  relatif  suatu  spesies  dapat mempengaruhi  fungsi  suatu  komunitas,  distribusi  individu  antarspesies  dalam komunitas,  bahkan  dapat  memberikan  pengaruh  pada  keseimbangan  sistem  dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas komunitas (Bakri, 2009).
Struktur komunitas  tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.  Dengan  demikian,  dalam  deskripsi  struktur  komunitas tumbuhan  dapat  dilakukan  secara  kualitatif  dengan  parameter  kualitatif  atau  secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun persoalan yang sangat penting dalam analisis komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari  semua  spesies  tumbuhan  yang menyusun  komunitas,  parameter  kuantitatif  dan kualitatif apa  saja yang diperlukan, penyajian data, dan  interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi  floristik serta sifat-sifat komunitas  tumbuhan  secara utuh dan menyeluruh (Bakri, 2009).
Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan) (Latifah, 2005).
Dalam kegiatan-kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya pada bidang-bidang ilmu lainnya yang beersangkut paut dengan sumber daya alam dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi/data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destruktive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Latifah, 2005).
Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran dilapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode petak kuadrat untuk menghitung besarnya kerapatan ( individu/ha), frekuensi dan dominasi ( m2/ha ) dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis sebagai berikut :

a.  Kerapatan Jenis
Kerapatan (K) =∑  individu   
                          Luas petak contoh
K Relatif (KR) = K suatu jenis x 100 %
                            K total seluruh jenis

b. Frekuenssi
Frekuensi (F) = ∑  Sub petak ditemukan suatu spesies
                          ∑  Seluruh Sub petak contoh
F Relatif (FR) = F Suatu jenis x 100 %
                          F Total seluruh jenis
c.  Dominasi
Dominasi (D)  = Luas bidang dasar suatu spesies
                            Luas Petak Contoh

D Relatif (DR) = D Suatu jenis x 100%
                            D Total seluruh jenis
INP = KR + FR + DR ( untuk tingkat tiang dan pohon)
INP = KR + FR ( untuk tingkat semai dan pancang)
(Latifah, 2005)

Sistem fisiognomi merupakan studi tentang vegetasi yang tidak berdasarkan flora. Dalam pengenalan fisiognomi, ahli ekologi memulai dengan daftar flora dari semua spesies dan dilanjutkan dengan menentukan peranan masing-masing spesies dalam vegetasi. Hal ini memungkinkan untuk membuat gambar atau grafik (simbol) dari vegetasi dengan berdasarkan fisiognominya. Fisiognomi sendiri didefinisikan sebagai penampakan umum dari komunitas. Hal ini ditentukan oleh bentuk kehidupan dari spesies dominan tanpa perlu mengidentifikasi spesies tersebut. Sistem nonflora ini akan bisa membantu ahli geografi dan peneliti yang bukan ahli taksonomi dalam mendalami vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan sekumpulan spesies tanaman dalam waktu dan tempat tertentu Fisiognomi menunjukkan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan yang besar dan menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan kedalam komponen komunitas sebagai dasar fisiognominya. Komponen kmunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh: Komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra dan sebagainya (Rahardjanto,2001).
Dansereau(1958) mengusulkan sebuah metode dengan menampilkan gambar atau foto dari vegetasi yang dapat digambarkan secara fisiognomi bahwa tidak dibutuhkan pengetahuan atau data lain dari spesies tersebut. Struktur vegetasi bisa dijelaskan dengan variasi simbol yang dibutuhkan untuk vegetasi pada suatu area.Ukuran dari tanaman yang berbeda pada masing-masing bentuk kehidupan mungkin dapat diperkirakan dan diukur. Tinggi tanaman ditentukan oleh Kompas Brunton dan Abney level (Rahardjanto,2001).

BAB III
METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan
      Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum analisisa vegetasi dan fisiognomi adalah tali rafia, meteran lapangan, meteran kain, kompas, kode struktural vegetasi Dansereau (1958) dan alat tulis.

3.2  Cara kerja
3.2.1 Praktikum analisa vegetasi
Pertama-tama, ditentukan lokasi yang representative untuk transek (area sampel minimal). Setelah itu, dibuat transek lurus sepanjang 60 m dengan menggunakan bantuan tali rafia dan kompas. Pada sepanjang garis transek, dibuat tiga buah plot dimana tiap plot berukuran 20x20 m dengan jeda selebar plot. Kemudian, ditentukan inventarisasi jenis vegetasi untuk tiap plot. Data yang didapat dicatat dan dilakukan perhitungan, berupa : frekuensi absolute dan frekuensi relative; kerapatan absolute dan kerapatan relative; dominasi absolute dan dominasi relative (khusus pohon). Data yang peroleh di analisis dengan menggunakan formulasi metoda dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi, dominasi (m2/ha) dan indeks nilai penting dari mesing-masing jenis.

3.2.2        Praktikum Fisiognomi
Praktikum fisignomi menggunakan plot 2 dan 3 pada transek yang digunakan saat praktikum analisa vegetasi. Pada praktikum ini dicatat karakteristik tampilan luar vegetasi berdasarkan kode structural vegetasi Dansereau (1958). Data yang diperoleh kemudian digambarkan pada kertas bergaris dengan skala yang telah di tetapkan.


BAB IV
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Data Pengamatan Kelompok 1 dan 2

Koordinat GPS : Elevasi 400m S 07o 36’ 36,1’’ E 112o 35’ 16,7’’

1.      Plot 1
Semai
N
Nama Spesies
Jumlah
1.
Sirih hutan
4
2.
Bambusa sp.
3
3.
Legungminase
6
4.
Paku
6
5.
Wedusan
9
6.
Spesies A
3
7.
Spesies B
3
8.
Spesies C
12
9.
Spesies D
4


Pancang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Legungminase
1
2.
Wedusan
2
3.
Spesies A
7
4.
Spesies B
3

Tiang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Jati
8
2.
Kapuk randu
4

Pohon
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Kapuk randu
4
2.
Gondang
1
3.
Jati
4
4.
Brunyah
1

2.      Plot 2
Semai
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Sirih hutan
18
2.
Pisang
1
3.
Legungminase
5
4.
Paku
5
5.
Keladi
1

Pancang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Talas hutan
15
2.
Singkong
1

Tiang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Jati
4
2.
Pisang
1

Pohon
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Kapuk randu
1
2.
Kemiri
5
3.
Pendo
1

3.      Plot 3
Semai
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Sirih hutan
3
2.
Rumput
10
3.
Wedusan
35
4.
Paku
3
5.
Bambusa sp.
3

Pancang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Talas hutan
3
2.
Pisang
2

Tiang
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Pisang
5

Pohon
No.
Nama Spesies
Jumlah
1.
Waru
1
2.
Pepaya
2
3.
Kapuk randu
2
4.
Kemiri
2
5.
Spesies A
1



Semai








Nama Spesies
Fa
Fr
Jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP
Sirih hutan
8,33
17,6
25
0,0625
17,605634
 -
 -
35,2056338
Bambusa
2
4,2
6
0,015
4,2253521
 -
 -
8,42535211
Leguminase
3,67
7,8
11
0,0275
7,7464789
 -
 -
15,5464789
Paku
4,6
9,9
14
0,035
9,8591549
 -
 -
19,7591549
wedusan
14,67
31
44
0,11
30,985915
 -
 --
61,9859155
Pisang
0,33
0,69
1
0,0025
0,042254
 --
 -
1,39422535
Keladi
0,33
0,69
1
0,0025
0,7042254
 -
 -
1,39422535
Secang
0,33
0,69
1
0,0025
0,7042254
 -
 --
1,39422535
Rumput
3,33
7,05
10
0,025
7,0422535

 -
14,0922535
species A
1
2,1
3
0,0075
2,1126761
 --
 -
4,21267606
species B
1
2,1
3
0,0075
2,1126761
 -
 -
4,21267606
species C
4
8,5
12
0,03
8,4507042

 -
16,9507042
species D
1,33
2,8
4
0,01
2,8169014
 --
5,61690141
species E
2,33
4,9
7
0,0175
4,9295775
 -
 -
9,82957746
Jumlah
47,32


0,355
100





















pancang
















Nama Spesies
Fa
Fr
jumlah
Ka
kr
Da
Dr
INP
Leguminase
0,3
2,7
1
0,0004
2,9411765
 -
5,64117647
Wedusan
0,6
5,4
2
0,0008
5,8823529
 -
 -
11,2823529
spesies a
2,3
20,7
7
0,0028
20,588235
 -
 --
41,2882353
spesies b
1
9
3
0,0012
8,8235294
 -

17,8235294
Talas
6
54,1
18
0,0072
52,941176
 -
 -
107,041176
Singkong
0,3
2,7
1
0,0004
2,9411765
 -
 -
5,64117647
Pisang
0,6
5,4
2
0,0008
5,8823529
 -
 -
11,2823529
Jumlah


13
0,0136
38,235294














pohon plot1








Nama Spesies
Fa
Fr
jumlah
Ka
kr
Da
Dr
INP
Kapuk
2,33
28

0,000175
28
0,007159
30,6363
86,636297
gondang
0,33
3,9

0,000025
4
0,006246
26,72756
34,6275553
Jati
1,33
16

0,0001
16
0,005382
23,0298
55,0298019
brunyah
0,33
3,9

0,000025
4
0,004582
19,60723
27,5072301






0,023369
100,0009



















pohon plot 2








Nama Spesies
Fa
Fr
jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP
Kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,071832
14,25549
70,255488
Kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,07336
14,55869
70,558687
kapuk randu
2,33
28

0,000175
28
0,079632
15,80339
71,8033881
kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,033636
6,675319
62,675319
kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,04361
8,65467
64,6546697
kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,108982
21,62803
77,6280335
Pendo
0,33
3,9

0,000025
4
0,09284
18,4245
26,3244988






0,503893
100,0001


pohon plot 3








Nama Spesies
Fa
Fr
Jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP

Waru
0,33
3,97

0,00025
4
0,079632
10,41852
18,3885174
Pepaya
0,67
8,1

0,00005
4
0,04361
5,705664
17,8056642
Pepaya
0,67
8,1

0,00005
4
0,037306
4,880901
16,9809014
Kapuk
2,33
28

0,000175
2
0,03789
4,957322
60,9573224
Kapuk
2,33
28

0,000175
28
0,186407
24,38821
80,3882068
Kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,272518
35,65435
91,6543499
Kemiri
2,33
28

0,000175
28
0,050965
6,667851
62,6678511
spesies A
0,33
3,97

0,000025
4
0,056004
7,327146
15,2971456






0,764333
99,99996


tiang plot 1








Nama Spesies
Fa
Fr
Jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,01031
8,963484
127,008939
kapuk randu
0,3
4,35

0,0004
18,181818
0,008135
7,072992
29,6048103
kapuk randu
0,3
4,35

0,0004
18,181818
0,008135
7,072992
29,6048103
kapuk randu
0,3
4,35

0,0004
18,181818
0,008135
7,072992
29,6048103
kapuk randu
0,3
4,35

0,0004
18,181818
0,008135
7,072992
29,6048103






0,115017
99,99984










tiang plot 2








Nama Spesies
Fa
Fr
Jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,008135
7,252577
125,298032
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,018328
16,33968
134,385134
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,050645
45,15067
163,196129
Jati
4
63,5

0,0012
54,545455
0,016733
14,91772
132,963177
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,018328
16,33968
75,3124059






0,112169
100,0003












Tiang plot 3









Nama Spesies
Fa
Fr
Jumlah
Ka
Kr
Da
Dr
INP
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,103439
25,84326
84,8159828
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,067391
16,83717
75,8099016
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,028638
7,154853
66,1275799
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,130418
32,58384
91,5565717
Pisang
0,6
31,7

0,0006
27,272727
0,070368
17,58076
76,5534839






0,400254
99,99988



4.2 Pembahasan
Pada praktikum analisa vegetasi ini menggunakan metode transek garis karena transek ini dapat menyesuaikan topografi tempat praktikum. Pertama-tama, ditentukan lokasi yang representative untuk transek (area sampel minimal). Setelah itu, dibuat transek lurus sepanjang 60 m dengan menggunakan bantuan tali rafia dan kompas. Pada sepanjang garis transek, dibuat tiga buah plot dimana tiap plot berukuran 20x20 m dengan jeda selebar plot. Kemudian, ditentukan inventarisasi jenis vegetasi untuk tiap plot. Data yang didapat dicatat dan dilakukan perhitungan, berupa : frekuensi absolute dan frekuensi relative; kerapatan absolute dan kerapatan relative; dominasi absolute dan dominasi relative (khusus pohon). Data yang peroleh di analisis dengan menggunakan formulasi metoda dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi, dominasi (m2/ha) dan indeks nilai penting dari mesing-masing jenis.

Pada praktikum fisignomi ini menggunakan plot 2 dan 3 pada transek yang digunakan saat praktikum analisa vegetasi. Pada praktikum ini dicatat karakteristik tampilan luar vegetasi berdasarkan kode structural vegetasi Dansereau (1958). Data yang diperoleh kemudian digambarkan pada kertas bergaris dengan skala yang telah di tetapkan.

Menurut data yang kami peroleh, diversitas (keanekaragaman) tumbuhan di plot kami cukup tinggi namun jumlah masing-masing spesies rendah. Oleh karena itu dapat kami simpulkan bahwa faktor pembatas yang mempengaruhi rendahnya jumlah individu tiap spesies adalah kompetisi interspesifik, khususnya adalah kompetisi memperebutkan tempat. Sedangkan tingginya diversitas dapat disebabkan karena nutrien yang tersedia cukup banyak dan sesuai dengan kebutuhan tiap spesies. Diversitas yang tinggi ini juga dapat disebabkan karena faktor lingkungan (fisiokimia) di plot kami dapat mendukung tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan dengan spesies yang berbeda dan meskipun ada kompetisi diantara tanaman-tanaman yang tidak sejenis (interspesifik) namun tampaknya kompetisi ini tidak begitu keras sehingga masih memungkinkan tumbuhan-tumbuhan yang saling berkompetisi ini untuk tetap hidup
Hasil pengamatan pada plot 1 menunjukkan pada kemiringan 400 banyak spesies yang termasuk semai (2 x 2 meter). Ditemukan 9 spesies diantaranya Sirih hutan, Leguminase, Banbusa sp., paku, wedusan, spesies A, spesies B, spesies C dan spesies D. Pada petak pancang (5 x 5 meter)  jumlah spesies yang ditemukan adalah 4 spesies yaitu Leguminaceae, wdusan, spesies A dan spesies B. Pada petak tiang (10 x 10 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 2 yaitu jati dan randu. Pada petak pohon (20 x 20 meter) ditemukan 4 spesies, yaitu kapuk randu, brunyah, gondang dan jati..
Pada plot 2 untuk petak semai  (2 x 2 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 5 spesies diantaranya pisang, sirih hutan, leguminase, paku dan keladi. Pada petak pancang (5 x 5 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 2 spesies diantaranya talas hutan dan singkong. Pada petak tiang (10 x 10 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 2 spesies yaitu jati dan pisang. Pada petak pohon (20 x 20 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 3 spesies yaitu kapuk randu, kemiri dan pendo.
Pada plot 3 untuk petak semai (2 x 2 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 5 spesies diantaranya sirih hutan, rumput, wedusan, paku dan bambusa sp. Pada petak Sapling (5 x 5 meter) jumlah spesies yang ditemukan adalah 2 spesies yaitu talas hutan dan pisang. Pada petak tiang (10 x 10 meter)  ditemukan 1 spesies, yaitu pisang. Pada  petak pohon (20 x 20 meter) ditemukan 5 spesies, yaitu waru, pepaya, kapuk randu, kemiri dan spesies A.

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini berdasarkan perhitungan kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks Shimpson dan indeks Shannon-Wienner diperoleh data bahwa vegetasi PPLH Seloliman didominasi oleh jenis tanaman semai. PPLH Seloliman merupakan salah satu hutan heterogen, sehingga tanaman yang diperoleh sangat beranekaragam spesiesnya. Pada Kelompok 1 dan 2 spesies yang ditemukan di PPLH didominasi oleh Wedusan.



 DAFTAR PUSTAKA

Bakri.2009. Tesis : Analisis Vegetasi Dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Pohom Di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan; 2009
Latifah, Siti.2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara; e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
Rahardjanto, Abdulkadir.  2001.  Ekologi Umum. Umm Press: Malang.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)